Bukan. Itu bukan mantra di Harry Potter atau suara kentut manusia (KENTUT SIAPA YANG BUNYINYA ABSURD GITU?!). Melainkan judul artikel ilmiah buatan saintis Jerman. Namanya David P. Hanig. Lawas banget itu paper, lho. Buatan 1900-an. Di artikel itu, Hanig melakukan eksperimen untuk menguji ambang batas sensitivitas lidah.
Mantra untuk membuat tubuh lawan menjadi kaku tidak bergerak: Reparo: Mantra untuk memperbaiki kerusakan pada suatu benda: Wingardium Leviosa: Mantra untuk membuat benda melayang: Alarte Ascendare: Mantra untuk mementalkan benda ke udara: Aparecium: Mantra yang memperlihatkan tulisan dengan tinta tidak terlihat: Expelliarmus: Mantra untuk
Nox : Mantra untuk mematikan cahaya yang keluar dari ujung tongkat akibat mantra 'lumos'. 7. Periculum : Mantra untuk meluncurkan percikan cahaya dari ujung tongkat, dan biasa digunakan sebagai signal. 8. Petrificus totalus : Mantra untuk membuat tubuh lawan menjadi kaku tidak bergerak. 9. Reparo : Mantra untuk memperbaiki kerusakan pada suatu
Kata kunci: Struktur, Semiotik, dan Mantra Ajimantrawara Mantra kuwi salah sawijining tradisi lesan Jawa kang isih ngrembaka nganti saiki. Anane mantra keperbawan dening kaanan lan kapitayane masyarakat sing nyengkuyung mantra. Mantra kalebu geguritan lesan sing tuwa dhewe, wnagune merdeka lan manut tekstuale memper karo geguritan. Ngelingi.